Perjalanan Mendaki Gunung Papandayan, Garut. 10-11 Mei 2014


Rencana perjalanan pendakian ini berawal pada saat saya, teh Sari dan Kartika lari pagi di lapangan Sempur yang lokasinya tidak jauh dari kost-an saya dan teh Sari. Setelah beberapa lama berbincang-bincang usai lari pagi kita berencana ingin mendaki gunung walau belum tahu gunung mana yang ingin didaki, sampai akhirnya kami memutuskan untuk mendaki gunung Papandayan yang berlokasi di Garut.

Kami punya 1 minggu untuk persiapan dan ada 2 teman yang ingin ikut juga yaitu Luthfi dan Rio, selain mereka ada Kang Ade dan juga Rimba yang merupakan sepupu dan keponakan teh Sari, Rimba adalah siswi kelas 2 SMP yang ternyata pernah mendaki gunung Gede pada saat dia kelas 6 SD. Wow!

Akhirnya jum'at malam yang dinantikan datang juga, pukul 17.30 Rio sudah datang ke kost-kostan saya dan teh Sari dengan segala perlengkapan mendakinya, karena hujan dan masih berkemas beberapa keperluan, setelah sholat dan mandi, kami berangkat sekitar pukul 19.00 ke terminal Baranang Siang, naik Bus tujuan Kp. Rambutan AC dengan tarif Rp 8000. 



Kartika, Luthfi, Kang Ade dan Rimba sudah menunggu di terminal Kp. Rambutan. Sesampainya di Kp. Rambutan kita berangkat pukul 20.30 dengan Bus AC menuju Garut dengan tarif Rp. 42.000 tapi karena bus tersebut ngetem sangat lama akhirnya kita berangkat sekitar pukul 22.00, untungnya jalanan sudah tidak macet sehingga kami tiba lebih awal dari seharusnya yaitu pukul 02.30. Setelah itu kami harus naik angkutan umum dengan tarif Rp.20.000 untuk sampai ke kaki gunung Papandayan, disini kami terpaksa harus menunggu penumpang lain supaya angkutan itu penuh untuk segera berangkat, akhirnya ada satu kelompok yang juga bertujuan untuk mendaki gunung Papandayan akhirnya kita berangkat sekitar pukul 03.15 dengan berdesak-desakan padahal semua barang-barang kami yang bejubel sudah disimpan diatas mobil, tapi tetap saja terasa sempit karena jumlah orang yang ada dimobil sudah melebihi batas kuota maksimal. Duh!

Pukul 04.00 akhirnya kita sampai di kaki gungung papandayan, hampir semua rombongan orang-orang yang akan mendaki ke gunung memilih untuk menggunakan mobil pickup, tapi ajaibnya kami memilih JALAN KAKI ke Camp David, entahlah.. saya pikir mungkin ke Camp David tidak terlalu jauh dari kaki gunung tapi ternyata.. Lumayan menguras tenaga dan emosi, lho?! 
Setelah sekitar 3 jam berjalan akhirnya kami memutuskan untuk naik mobil pickup menuju Camp David, haha.. nyerah juga akhirnya.. tapi karena kami hanya 7 orang, tarif yang dibayar jadi lebih mahal dari biasanya, karena untuk tarif biasa kita harus punya minimal 10 orang sebagai penumpang, iya sebagai penumpang! masa supir? kenek? Tarif yang harusnya Rp. 15.000 menjadi sekitar Rp. 18.000 per orang.
Sepanjang jalan bernarsis-narsis ria deh.. ckck
Ah.. akhirnya kita sampai di Camp David, sudah banyak rombongan pendaki lain disana, cuaca cukup cerah dan menambah keindahan pemandangan kawah yang tidak jauh dari sini, sungguh indah dan saya yakin tak ada satu orangpun yang tidak berdecak kagum melihat pemandangan kawah ini.
Teh Sari in Action
 Rio in Action
 Me in Action
 Luthfi in Action
Kartika in Action
All of Abnormal pictures! hahaha..
Sekitar pukul 7 kami berangkat menuju puncak setelah membayar administrasi gunung sebesar Rp 4.000 per orang, setelah sama-sama berdoa untuk keselamatan, kamipun mulai berjalan, perjalanan kami diawali dengan jalan berbatu menuju kawah.
Disinilah saya tidak bisa berhenti mengucap syukur dan memuji kebesaran-Nya..
Setelah menanjak-menanjak ria dan mencium aroma belerang dimana-mana, akhirnya kita melewati sang kawah cantik yang tak henti menyemburkan asap berbau tersebut.. 
next track is jalanan datar.. finally!! (hosh.. hosh..)

Horreee!! dan katanya habis ini kita bakalan ketemu jalan yang menurun (seharusnya lurus, tapi karena ada belahan besar yang diakibatkan longsor beberapa waktu lalu, kami harus ambil jalan lain yg menurun) Yatta!! 
eh, tunggu dulu.. kalo ada menurun berarti nanti ada... tanjakan!! Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!.. 
tapi terhibur dengan adanya sungai kecil yang jernih dan dingiiin ini sebelum tanjakan.. hehe
dan begitulah disini cukup membuat kaki dan punggung pegal, iya punggung juga.. karena dipunggung kita bertengger cantik ransel raksasa yang berisi semua benda yang SANGAT kita butuhkan, saking sangat-nya tak ada yang bisa dibuang saja di sungai tadi untuk mengurangi beban (Whoopsies!!)
Disinilah kami berada, setelah tanjakan tadi, pemandangan yang indah adalah imbalannya, 
disini kita bisa lihat belahan akibat longsor yang tadi saya ceritakan
Setelah istirahat sebentar kami kembali melanjutkan perjalanan yang ternyata hanya beberapa menit menuju ke pos 2 untuk melapor. Setelah melapor kami lanjutkan perjalanan menuju Pondok Salada..
Tidak memakan waktu lama kita tiba di Pondok Salada, daerah ini adalah daerah yang diperbolehkan untuk mendirikan tenda, karena setelahnya dilarang mendirikan tenda, termasuk di Tegal Alun.
Dan disinilah kami mendirikan 2 kemah, setelah mencari posisi yang tepat dengan suguhan pemandangan yang indah..

Sore hari setelah makan siang beberapa dari kami memutuskan untuk mendaki ke Hutan Mati, ternyata disini sudah ada beberapa pohon bunga Edelweiss!
Edelweiss di Pondok Salada
Here i'am!! with my first Edelweiss!! 
Well, Welcome to Dead Forest! yes, they call Dead Forest!, but I'm feeling alive here, OMG!



Ayo lanjutkan perjalanan! Hutan mati punya jurang yang indah lho!

Wah.. Bulannya udah gak sabar mau gantiin matahari..
Get Ready.. 
Dan inilah penampakan jurang cantik yang menyuguhkan pemandangan kota dan kawah yang tadi pagi kami lalui, sekali lagi saya yakin tidak ada satupun orang yang tidak bersyukur dan memuja keindahan pemandangan ciptaan-Nya yang satu ini!

Usai sudah perjalanan hari ini, esok pagi kami berencana untuk melanjutkan mendaki ke Tegal Alun dan puncak gunung Papandayan.

Suhu sangat dingin pada malam hari, memakai 2 jaket saja masih terasa sangat dingin bagi saya, sarung tangan dan kaos kaki saja seperti tidak membantu menghangatkan, akhirnya waktu subuh tiba setelah beberapa kali saya terbangun melihat jam tangan masih saja tengah malam..
saya memutuskan untuk tidak ikut ke Tegal Alun dan Puncak gunung pagi itu karena pertimbangan banyak hal tentang kondisi badan saya yang mengigil, sayang sekali.. alhasil yang pergi kesana hanya Teh Sari, Kang Ade dan Rio, mereka pergi setelah menunaikan sholat subuh..
Dan inilah hasil buruan mereka, check it out..

Ini dia si cantik Edelweiss di Tegal Alun.. Bunga Abadi yang Cantik, Anggun dan Menyejukan. Sayang tidak boleh dipetik, hihi..


This is it! Puncak Gunung Papandayan! Sunrise has come, dude..

Hanya itu yang bisa saya ceritakan, gunung Papandayan cukup bersahabat untuk pendaki pemula namun pemandangan yang disuguhkan tidak bisa dilihat dengan sebelah mata :)
Follow my Instagram @nhaschzimmy!
See you then :)

NB : Semua foto memiliki hak cipta, harap cantumkan sumber jika ingin menggunakan. Thanks!

Nonton yuk, jangan lupa like dan subscribe hehe..
Hutan Mati dan Kawah Gunung Papandayan 10 Mei 2014

Komentar

  1. luaaarrrr biasaaaa ... Thx Ninaa ..
    beatiful holiday :D :D :D :D :D
    *miss u papadayan mountain :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. yup! bener yoo.. bener-bener quality moment! mudah-mudahan next trip lebih seru ya!! :D

      Hapus
  2. wahh, foto-fotonya keren yaa, like a professional.
    dari keseluruhan isi blog saya paling suka kalimat ini: Well, Welcome to Dead Forest! yes, they call Dead Forest!, but I'm feeling alive here
    nice blog :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, makasih yaa, saya masih newbie lho.. hehe iya saya juga suka sama kalimat itu, entah kenapa bisa melintas begitu saja dikepala :'D
      makasih udah mampir :)

      Hapus
    2. boleh dong saya jadi model foto-fotonya, hihi

      Hapus
    3. hahaha.. bolehlah, tapi temanya apa ya? saya belum terlalu banyak bisa soal foto model, soalnya saya lebih tertarik sama jenis fotografi macro sama landscape aja :p

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer